Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, produksi beras naik sangat signifikan sejak 2 tahun terakhir. Produksi padi pada di 2016 sebesar 79,1 juta ton, naik dari tahun sebelumnya 75,4 juta ton.

Kepala Biro Perencanaan Kementan, Kasdi Subagyono, mengungkapkan ada kelebihan produksi beras mencapai di atas 15 juta ton sehingga tahun ini sudah bisa melakukan ekspor beras. Dia menghitung, produksi padi sebanyak 79,1 juta ton tersebut dikonversi menjadi beras 48 juta ton, sementara konsumsi beras nasional saat ini 32 juta ton.

“Kalau beras organik kan sudah lama bisa ekspor, ketan kita sudah ekspor. Nah sebentar lagi kita sudah bisa ekspor beras medium, diupayakanlah tahun ini,” kata Kasdi kepada detikFinance di kantornya, Jakarta, Rabu (1/2/2017).

Menanggapi tudingan surplus beras yang dipertanyakan banyak kalangan, menurut Kasdi, stok beras tersebut ada di gudang Bulog, pedagang, dan rumah tangga.

“Ditanya katanya berasnya di mana? Sudah disurvei Sucofindo, berasnya ada di Bulog, kemudian di pedagang itu kan banyak hanya enggak tercatat. Kemudian setiap rumah tangga kan simpan beras juga, paling tidak satu rumah ada 10 kg. Ada berapa rumah tangga yang mengonsumsi beras, banyak sekali,” ujar Kasdi.

Di sisi lain, dirinya mengakui data statistik produksi beras tak sepenuhnya akurat. Namun pihaknya masih meyakini, surplus beras cukup tinggi di tahun ini, meski di tahun lalu ada beras impor yang masuk dari sisa kontrak tahun 2015. Selain itu, data produksi juga tak selamanya bisa berbanding lurus dengan harga.

“Kami akui kalau ada eror data. Tapi kita percaya masih tetap suplus, toh surplus kita di atas 10 juta ton,” ujar Kasdi.

“Kemudian soal harga, contohnya saja cabai, produksi banyak tapi harga tinggi. Suplai cabai merah dan rawit kan hampir sama, ada off season juga, tapi rawit naiknya tinggi sekali. Ada masalah di tata niaganya, bukan di produksi,” ungkapnya lagi.

. . . . .

Source : Detik Finance
Date : 2 February 2017

. . . . .